"Suatu pagi, mereka menjemput seorang klien di bandara, orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun-an. Si bapak adalah pengusaha asal Singapura, dengan logat bicara gaya melayu dan english, Beliau menceritakan pengalaman-pengalaman hidupnya kepada mereka yang masih muda. Beliau berkata, "Your Country is so rich!".
kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras. lihatlah negara kalian, air bersih di mana-mana, lihatlah negara kami, air bersih pun kami beli dari Malaysia. Saya ke Kalimantan pun dalam rangka bisnis, karena pasirnya mengandung permata. Terlihat glitter kalau ada matahari bersinar. Penambang jual cuma Rp 3,000/kg ke pabrik China, si pabrik jual kembali seharga Rp 30,000/kg. saya lihat ini sebagai peluang. Kalian sadar tidak kalau negara-negara lain selalu takut meng-embargo Indonesia! Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. Harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah pangan dari petani-petani Anda sendiri, Belilah tekstil dan garmen dari pabrik-pabrik sendiri. Tidak perlu impor kalau ada produk sendiri. Jika kalian bisa mandiri, bisa MENGEMBARGO DIRI SENDIRI, INDONESIA WILL RULE THE WORLD!!".
Dari mata orang asing, peluang itu nampak luar biasa - tetapi ironinya kita sendiri tidak melihatnya sebagai peluang. Kita melihat masalah demi masalah di mana-mana. Mengapa sampai ini terjadi?.
Salah satunya adalah problem di pendidikan kita dewasa ini. Masuk SMA, kita mulai di kotak-kotakkan di kotak yang sempit; ada yang fokus belajar IPA, IPS, Basaha dst. Masuk perguruan tinggi, ilmu yang diajarkan ke kita semakin menyempit meskipun sedikit lebih dalam. Ada yang hanya belajar engineering, pertanian, hukum, dan lain sebagainya. Semuanya berfokus.
Maka ilmu kita di generasi ini seperti ilmu senter, yang hanya mampu menerangi arah yang dituju. Di luar arah yang dituju, semua gelap tidak kelihatan. Disinilah perlunya seorang resources integrator di jaman seperti ini, yaitu orang yang mampu menggabungkan sekian banyak senter dan lampu - sehingga seluruh kawasan terterangi dan terlihat potensi-potensi dan peluang yang ada. Bila Anda bisa menjadi integrator tersebut, maka itulah peluang anda sekarang. Ketika orang lain melihat kesempitan dan masalah, Anda melihat luasnya solusi dan peluang. Fungsi integrator ini seperti anak muda yang harus mengumpulkan 300 ekor kambing yang berserakan - kemudian menjalin 'komunikasi' agar semua dapat diarahkan untuk menuju sasaran yang sama.
Prasyarat untuk bisa menjadi integrator tersebut adalah dia harus memiliki wawasan yang luas untuk suatu masalah, dia harus memiliki atau mampu membangun jaringan kontak dengan seluruh resources yang di butuhkan. Sayangnya wawasan yang meluas dari waktu ke waktu inilah yanf g tidak diajarkan di dalam sistem pendidikan kita, yang ada malah sebaliknya - makin tinggi pendidikan - makin dalam ilmu yang dipelajari tetapi makin sempit jangkauannya.
kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras. lihatlah negara kalian, air bersih di mana-mana, lihatlah negara kami, air bersih pun kami beli dari Malaysia. Saya ke Kalimantan pun dalam rangka bisnis, karena pasirnya mengandung permata. Terlihat glitter kalau ada matahari bersinar. Penambang jual cuma Rp 3,000/kg ke pabrik China, si pabrik jual kembali seharga Rp 30,000/kg. saya lihat ini sebagai peluang. Kalian sadar tidak kalau negara-negara lain selalu takut meng-embargo Indonesia! Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. Harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah pangan dari petani-petani Anda sendiri, Belilah tekstil dan garmen dari pabrik-pabrik sendiri. Tidak perlu impor kalau ada produk sendiri. Jika kalian bisa mandiri, bisa MENGEMBARGO DIRI SENDIRI, INDONESIA WILL RULE THE WORLD!!".
![]() |
Kekayaan Alam Indonesia |
Salah satunya adalah problem di pendidikan kita dewasa ini. Masuk SMA, kita mulai di kotak-kotakkan di kotak yang sempit; ada yang fokus belajar IPA, IPS, Basaha dst. Masuk perguruan tinggi, ilmu yang diajarkan ke kita semakin menyempit meskipun sedikit lebih dalam. Ada yang hanya belajar engineering, pertanian, hukum, dan lain sebagainya. Semuanya berfokus.
Maka ilmu kita di generasi ini seperti ilmu senter, yang hanya mampu menerangi arah yang dituju. Di luar arah yang dituju, semua gelap tidak kelihatan. Disinilah perlunya seorang resources integrator di jaman seperti ini, yaitu orang yang mampu menggabungkan sekian banyak senter dan lampu - sehingga seluruh kawasan terterangi dan terlihat potensi-potensi dan peluang yang ada. Bila Anda bisa menjadi integrator tersebut, maka itulah peluang anda sekarang. Ketika orang lain melihat kesempitan dan masalah, Anda melihat luasnya solusi dan peluang. Fungsi integrator ini seperti anak muda yang harus mengumpulkan 300 ekor kambing yang berserakan - kemudian menjalin 'komunikasi' agar semua dapat diarahkan untuk menuju sasaran yang sama.
![]() |
Tambang Grasberg Milik PT. Freeport (AS) di Papua, Indonesia |
0 komentar:
Post a Comment